Jakarta, liputanpublik.com – Warga Muslim dan Hindu di Jodhpur, India, terlibat bentrokan yang dipicu oleh pemasangan bendera keagamaan sejak awal pekan ini. Polisi pun menangkap setidaknya 97 orang dalam kasus ini.
bentrokan itu bermula saat kedua komunitas agama ini merayakan hari besar mereka pada Senin (2/5). Umat Islam menyambut Idulfitri, sementara umat Hindu merayakan Parshuram Jayanti atau peringatan kelahiran Dewa Parshuram.
Mereka sama-sama ingin mengibarkan bendera yang mewakili agamanya di patung pejuang kemerdekaan Balmukund Bissa, utamanya di Gerbang Jalori Jodhpur.
Merespons kerusuhan itu, polisi membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata.
Massa kemudian menyerang sebuah pos polisi dan melukai empat petugas. Menurut media lokal, tercatat setidaknya 10 orang terluka dan satu orang dilarikan ke rumah sakit.
Pada malam hari, situasi disebut sudah kondusif. Namun keesokan harinya saat hari Raya Idulfitri yang jatuh pada Selasa (3/5), bentrok kembali. Bentrokan disebut terjadi antara polisi dan komunitas Muslim.
Imbas bentrokan itu, beberapa penduduk mengalami luka-luka, termasuk mereka yang tak tahu-menahu soal konflik itu sebelumnya.
“Saat hari Raya, saya pulang dari kantor tempat saya magang, ketika itu sekelompok yang terdiri dari 10-15 orang menyerang saya dan teman-teman saya,” jelas salah satu penduduk yang mengalami luka di punggung, Shoaib Arshad.
Arshad lalu berujar, “Teman saya Sakhawat Ansari mengenakan piyama kurta dan mereka mengidentifikasi agama kami. Mereka memukuli kami dengan tongkat dan membakar sepeda kami.”
Bentrok yang semakin besar membuat polisi mengerahkan pasukan dalam jumlah besar di area Gerbang Jalori.
Massa saling kejar, sementara polisi berusaha melerai mereka. Polisi disebut menggunakan pentungan untuk membubarkan massa. Polisi lalu mengatakan 97 orang telah ditangkap sejauh ini terkait dengan bentrokan itu.
Selain itu, pemerintah setempat menerapkan jam malam di 10 area kantor polisi Jodhpur di Rajasthan dan internet diputus. (cnnindonesia)