Liputan Publik
Ekonomi

Mampukah Usaha Ultra Mikro Menjadi Booster Ekonomi Nasional?

  1. Jakarta, liputanpublik.com-Pemulihan ekonomi Indonesia diyakini akan terus berlangsung di tengah intaian Pandemi Covid-19. Pemerintah bahkan cukup pede mematok pertumbuhan ekonomi lebih dari 5% sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Menutup perdagangan bursa akhir tahun lalu, dia menyebut upaya pemerintah mengendalikan pandemi akan menjadi kunci pemulihan ekonomi. “InsyaAllah pertumbuhan ekonomi bisa didorong 5,2%,” tukasnya.

Pemerintah terus mendorong perekonomian melalui alokasi dana dari program penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN). Salah satu imbasnya adalah membaiknya daya beli masyarakat.

Pulihnya daya beli masyarakat diyakini akan menjadi booster kebangkitan segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai salah satu motor penggerak perekonomian nasional.

Lalu di mana posisi segmen ultra mikro (UMi) dalam proses pemulihan ekonomi nasional tersebut?

Diketahui, usaha Ultra Mikro adalah usaha mikro yang dimiliki oleh orang perorangan yang menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2019, jumlah usaha mikro mencapai 98,7% dari UMKM di Indonesia dan berkontribusi terhadap penyerapan 109,84 juta tenaga kerja atau 89,04% dari total tenaga kerja dan menyumbang 37,35% dari PDB Tahun 2019.

Kontribusi usaha mikro yang sangat besar tersebut sayangnya belum dibarengi dengan akses terhadap pembiayaan pada sektor keuangan formal.

Data menunjukkan bahwa dari 57 juta usaha ultra mikro (UMi), masih terdapat 45 juta yang memerlukan tambahan pembiayaan, di mana 30 juta di antaranya belum mendapatkan akses keuangan formal.

Rendahnya akses UMi terhadap keuangan formal disebabkan oleh masih rendahnya literasi keuangan pelaku UMi. Hal ini sesuai dengan survei Bank Dunia tahun 2020 yang melakukan survei terhadap pelaku UMKM terhadap akses pembiayaan, menunjukkan bahwa 61% pelaku usaha UMKM tidak mendapatkan informasi mengenai program pembiayaan maupun bantuan dari pemerintah.

Potensi yang besar dan belum maksimal dari segmen UMi menjadi perhatian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), yang menghadirkan “BRI Microfinance Outlook 2022” sebagai wadah urung rembuk para pemangku kepentingan agar kontribusi segmen ini bisa terus ditingkatkan. Dampak lanjutannya, sudah tentu pemulihan dan pertumbuhan perekonomian nasional bisa semakin terakselerasi.

Event yang akan dihelat pada 10 Februari 2022 itu mengangkat tema “Boosting Economic Growth Through Ultra Micro Empowerment”. BRI Microfinance Outlook 2022 menghadirkan narasumber terbaik di bidangnya antara lain Airlangga Hartarto-Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Erick Thohir-Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Sri Mulyani-Menteri Keuangan, Teten Masduki-Menteri Koperasi dan UKM, Sunarso-Dirut BRI, AnshukantTaneja-ADB Microfinance Program Lead, Supari-Micro Business Managing Director Bank BRI, Rofikoh Rokhim-Profesor Of FEB UI, Aria Bima-Deputy Chairman House Of Representatives Commission VI, dan Vishal Agarwal-Mckinsey & Company.

Pembicara akan mengupas tuntas posisi dan kontribusi segmen UMi dalam perekonomian nasional, mulai dari kebijakan yang disiapkan pemerintah, bagaimana mengoptimalkan ekosistem UMi, hingga penguatan peran lembaga keuangan dalam mendorong UMi agar bisa naik kelas.(*)

 

 

Liputan Terkait